Membayangkan tempat kerja membuatmu tertekan, bukan? Deadline
yang mencekik, tanggung jawab yang besar, dan capai fisik dan mental
sungguh membuatmu ingin melarikan diri! Eits, mau lari ke mana? Kamu
dikepung masalah pekerjaan yang tak pernah habis!
Tidak ada jalan selain menghadapinya!
Tapi, mungkin kamu berkata, “Menghadapi tekanan kerja membuatku stres.”
Tak usah khawatir! Apa yang perlu kamu lakukan yaitu menaklukkan stres
tersebut, mengontrolnya, dan menjadikannya motivasi untuk meraih sukses.
Singkatnya, jadikan stres itu jalan menuju sukses.
Penasaran bagaimana stres bikin sukses? Ayo, ikut saya bertualang dan temukan rahasianya!
Penyebab Stress
Gejala Stres di Tempat Kerja
Ketika stres karena pekerjaan
menjangkitimu, belum tentu kamu menyadarinya. Mungkin kamu terlalu sibuk
mengeluhkan stres itu hingga tidak sadar bahwa kamu sedang dilanda
stres. Yang pasti, jika hasil kerjamu menurun, atasan sering komplain,
atau agenda yang kamu susun gagal, kamu wajib waspada. Jangan-jangan,
kamu sedang dilanda stres hingga pekerjaanmu terbengkalai. Patut
dicurigai juga jika akhir-akhir ini kamu sering uring-uringan.
Agar tidak terus-terusan mengganggu produktivitasmu, segeralah ambil tindakan untuk mengatasinya. Untuk meyakinkan bahwa kamu benar-benar dilanda stres karena lingkungan kerja, kenalilah gejala-gejalanya. Dengan begitu, kamu akan termotivasi untuk segera melakukan tindakan.
Bingung mengenali gelaja stres kamu?
Berikut beberapa di antara gejala stres di lingkungan kerja. Mungkin ada
beberapa di antaranya yang mirip dengan yang sedang kamu alami.
1. Konsentrasi terganggu
2. Daya ingat menurun
3. Kreativitas menurun
4. Pasif
5. Emosional
6. Murung
7. Diam
8. Bosan
9. Lemas
10. Mengantuk
11. Hasil menurun
12. Merokok
13. Kecewa dengan diri sendiri
14. Hilang kepercayaan diri
15. Insomnia
2. Daya ingat menurun
3. Kreativitas menurun
4. Pasif
5. Emosional
6. Murung
7. Diam
8. Bosan
9. Lemas
10. Mengantuk
11. Hasil menurun
12. Merokok
13. Kecewa dengan diri sendiri
14. Hilang kepercayaan diri
15. Insomnia
Nah, kira-kira mana yang mirip dengan
gejala yang kamu alami? Jika kamu sudah dapat mengidentifikasinya,
sekarang saatnya untuk mengetahui penyebab stres kamu.
Penyebab Stres di Lingkungan Kerja
Mungkin kamu sering bertanya, mengapa perubahan yang kamu buat tidak kunjung meningkatkan kinerja dan produktifitasmu. Bisa jadi ini disebabkan, perubahan tersebut tidak tepat sasaran sehingga tidak membawa dampak yang signifikan.
Sebagai contoh, merasa kinerja menurun,
kamu pun mulai melakukan perbaikan. Kamu mulai lebih disiplin, menjaga
kesahatan dengan makanan yang bergizi, menghindari alkohol dan kafein,
dan lebih aktif dalam kerja tim. Akan tetapi, perubahan tersebut kurang
berdampak pada kinerjamu. Produktivitasmu tak kunjung meningkat. Kamu
tetap tertekan dan stres di tempat kerja.
Jika kamu menjumpai kejadian seperti itu, mulailah menelusuri penyebab kamu stres dan kinerjamu menurun.
Dalam contoh di atas, setelah kamu
menelusuri akar penyebab stres yang kamu alami, kamu dapati bahwa
penyebabnya adalah konflik personal dengan rekan kerja. Nah, setelah
mengetahui penyebabnya, kamu pun dapat segera melakukan tindakan untuk
menaklukkan stres karena konflik dengan rekan kerja tersebut. Caranya
dengan mempersiapkan diri untuk menghadapi sumber tekanan. Dengan
begitu, kamu siap manakala tekanan datang bertubi-tubi.
Stres yang kamu alami akan menjadi stres yang positif yang mampu memotivasimu sehingga bersemangat untuk meraih hasil yang memuaskan.
Itulah manfaat dari mengidentifikasi masalah yang menyebabkan kamu stres.
Lalu, apa saja kira-kira penyebab stres di lingkungan kerja? Penasaran?
Ada dua faktor yang menyebabkan kamu
tertekan ketika bekerja di kantor. Ia dapat berupa faktor
profesionalitas maupun faktor personal. Faktor profesionalitas berarti
bahwa tekanan di tempat kerja berasal dari pekerjaan itu sendiri.
Contohnya, tugas yang sulit dikerjakan atau lambatnya hasil kerja divisi
lain, yang membuatmu ikut terlambat memrosesnya.
Sementara itu, faktor personal dipahami
sebagai faktor yang tidak berkaitan dengan tugas-tugasmu di kantor.
Sekalipun begitu, sebenarnya, faktor ini memengaruhi kinerjamu, meskipun
secara tidak langsung. Sebagai contoh, masalah pribadi antara kamu
dengan rekan kerja atau atasan.
Meskipun tidak berhubungan dengan
tugas-tugas yang kamu kerjakan, masalah ini bisa mengganggu
profesionalitas, lho. Jadi, kamu harus memerhatikannya.
Berikut beberapa masalah yang menyebabkan kamu stres di lingkungan kerja.
1. Masalah profesionalitas
a. Waktu
Pekerjaan belum selesai, padahal deadline sudah menunggu. Atasan memintamu untuk segera menyelesaikannya.
Sering mengalami kejadian tersebut?
Deadline memang sering membuatmu tertekan, apalagi jika tugas yang kamu
emban sangat banyak. Tentu membutuhkan perjuangan penuh untuk
menyelesaikannya.
b. Rencana
Ide tidak selalu muncul di benakmu.
Terkadang, merumuskan apa yang akan kamu kerjakan sangat menyusahkan.
Pikiran buntu. Ide mentok. Kamu pun bingung dan tidak tahu apa yang
harus kamu lakukan. Ujung-ujungnya, kamu stres!
c. Tanggung jawab
Stres juga dapat menyerang lantaran kamu
mengemban tanggung jawab yang menurutmu terlalu berat sehingga kamu
tidak sanggup memikulnya. Mungkin kamu berpikir bahwa kamu tidak
memiliki kompetensi yang cukup untuk mengemban tanggung jawab tersebut.
Atau, kamu merasa tanggung jawabmu terlalu besar, dan tidak sesuai
dengan keuntungan yang kamu peroleh.
d. Atasan yang perfeksionis
Memiliki atasan yang perfeksionis
merupakan berkah yang patut disyukuri. Darinya, kamu dapat belajar
mengenai berbagai hal. Kamu dapat belajar menjadi tipe yang tidak
gampang puas. Dengan begitu, kreativitasmu meningkat. Kamu juga dapat
belajar untuk lebih teliti. Secara tidak langusng, atasan yang
perfeksionis menuntun kamu menjadi pribadi yang jauh lebih berkualitas
dari sebelumnya.
Namun demikian, di balik keberkahan itu, terkadang tersimpan tekanan yang meneror.
Teror muncul ketika kamu belum siap dikritik, dikomplain, dan diminta untuk menyempurnakan hasil kerjamu. Bisa jadi, hal tersebut dikarenakan tugasmu sedang menumpuk sehingga menyempurnakan pekerjaan, yang menurutmu sudah sempurna, membuatmu malas. Mungkin kamu juga berpikir, lebih baik kamu mengerjakan tugas lainnya agar lebih efektif dan efisien waktu.
Pikiran-pikiran negatif itu justru mmbuatmu tambah tertekan ketika mendengar komplain dan kritikan.
e. Kerja sama tim
Ketidaksolidan tim pastinya membuatmu
jengkel. Terlebih apabila tugas-tugasmu terbengkalai karena tim tidak
profesional. Masing-masing anggota tim tidak mengetahui tugas secara
jelas sehingga terjadi kebingungan dalam mengimplementasikan kerja sama.
Karena kerja terbengkalai, kamu mulai uring-uringan. Dan, stres pun
datang.
f. Manajemen
Manajemen yang buruk membuat kamu,
sebagai karyawan bingung. Kamu akan melakukan tugas-tugas tanpa panduan
yang jelas. Hal tersebut tentu akan membuatmu stres karena bingung
dengan apa yang harus kamu kerjakan.
g. Jaringan
Lingkungan kerja dengan struktur SDM
yang lemah dan tidak konsisten, dan kurangnya prosedur untuk sharing
mengenai masalah-masalah yang ada berarti bahwa karyawan, termasuk kamu,
dibiarkan untuk memecahkan masalahnya sendiri. Ada saatnya ketika kamu
tidak dapat mengatasi masalahmu tanpa bantuan orang lain. Untuk itu,
apabila jaringan di lingkungan kerjamu buruk, maka kamu akan rentan
terkena stres.
2. Masalah personal
a. Hubungan dengan rekan
Di tempat kerja, kamu bertemu dengan
bermacam orang dengan karakter yang berbeda. Oleh karena itu, ada saat
tertentu di mana konflik niscaya timbul. Konflik personal yang terjadi
antara kamu dengan rekan kerja akan memengaruhi mentalmu, yang bisa
membuatmu stres. Pada ujungnya, hal tersebut akan membawa dampak negatif
pada kinerjamu. Konflik pribadi juga dapat melebar menjadi konflik
profesionalitas. Kerja sama dengan tim dapat terganggu karenanya.
b. Hubungan dengan atasan
Memiliki hubungan persahabatan dengan
atasan pasti membuatmu bangga. Banyak segi positif yang dapat diambil.
Kamu tidak perlu sungkan ketika sharing masalah pekerjaan dengannya.
Akan tetapi, jika hubungan personalmu dengan atasan terjadi konflik,
akibatnya bisa fatal! Kamu bisa stres dibuatnya. Bahkan, level stres
bisa lebih berat daripada stres karena konflik dengan rekan.
Stres semakin menjadi-jadi karena kamu
berpikir, atasan membawa konflik tersebut ke ranah profesional. Kamu
membayangkan hal-hal yang tidak kamu inginkan. Akibatnya, pekerjaanmu
terbengkalai karena konsentrasimu bukan tertuju pada tugas, melainkan
pada bayangan-bayangan itu.
c. Sakit
Deadline sudah menunggu; kamu baru
setengah mengerjakan tugas; Atasan memintamu lembur. Padahal, kamu
sedang tidak enak badan. Menahan rasa sakit saat bekerja akan
memperparah penyakit yang kamu derita. Pernah mengalaminya? Waspada, ya.
d. Masalah psikologis
Jika kamu tipe pesimis, kamu akan
menghadapi tekanan di tempat kerja dengan keyakinan yang kurang. Kamu
kurang yakin bahwa kamu dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Kerja
sama dengan tim pun akan terhambat karena kamu pesimis dengan kinerja
rekan-rekan tim. Sifat pesimis membuatmu menyerah sebelum berperang.
Kamu takut hasil kerjamu mengecewakan. Pikiranmu hanya berkutat pada
hasil, yang belum lagi kamu kerjakan.
Begitu juga jika kamu tipe pendengki.
Kamu akan merasa bahwa lingkungan kerja merupakan tempat yang penuh
persaingan. Kamu akan mencurigai rekan-rekanmu.
Sekalipun lingkungan kerja merupakan arena persaingan yang ketat, bukan berarti kamu terobsesi terhadapnya. Terlalu terobsesi dengan persaingan berarti memandang bahwa hubungan antar-rekan kerja hanyalah hubungan persaingan. Siapa yang menang pautut menyandang gelar juara, sementara yang kalah dipandang sebagai pecundang. Pikiran seperti itu timbul karena kamu memandang persaingan sebagai tujuan, bukan sarana. Padahal, persaingan hanyalah salah satu sarana yang memotivasimu menjadi lebih baik.
Nah, sifat pesimis dan dengki hanya dua
contoh masalah psikologis yang membuatmu stres di lingkungan kerja.
Masih banyak lagi masalah psikologis lainnya yang merugikan dan
membuatmu stres. Segeralah cari solusi untuk mengatasinya.
Menaklukkan Stres
Setelah membaca subtopik di atas,
sudahkah kamu mengenali penyebab stres yang kamu alami? Sekarang, ayo
lanjutkan petualangan untuk menemukan rahasia sukses dengan menaklukkan
stres. Tidak usah terburu-buru, karena sebentar lagi petualangan
selesai. Kamu bisa mempraktikannya di kehidupan nyata. Dan, nikmati
hasilnya!
Berikut ini beberapa rahasia
menakklukkan stres disesuaikan dengan kategori penyebab dan level
pengaruhnya terhadap stres yang kamu hadapi.
1. Profesionalitas
a. Manajemen waktu
Apabila stres kamu dikarenakan masalah seputar deadline, segera atur ulang waktu. Koreksi jadwal-jadwal yang membuat kinerjamu tidak efektif dan efisien waktu.
b. Mind mapping
Apabila kamu tidak memiliki rencana yang
jelas, sudah pasti pekerjaan amburadul. Kamu akan bingung untuk
memulainya. Bisa-bisa strategi yang kamu terapkan tidak tepat sasaran.
Oleh karena itu, buatlah perencanaan dari tugas yang hendak kamu kerjakan. Buatlah outline atau mind map mengenai rencana kamu. Dengan begitu, ide-ide kamu yang tadinya abstrak, menjadi jelas.
Mind map atau outline
juga berguna sebagai patokan ketika kamu mengimplementasikannya. Jika di
tengah proses kerja, kamu mengalami kebingungan karena langkah
melenceng dari rencana semula, kamu bisa langsung melihat dan
mencocokkan langkah tersebut dengan mind map yang sudah kamu buat.
c. Catat problem
Saya yakin kamu pernah menemui masalah
di tengah proses kerja. Hal tersebut bahkan membuat kamu stres karena
masalah itu begitu peliknya sehingga susah untuk diselesaikan pada waktu
itu juga. Kamu perlu mengonsultasikannnya dengan rekan atau atasan.
Situasi akan semakin pelik jika kamu
tidak mencatat problem yang kamu jumpai karena bisa jadi kamu lupa untuk
mengonsultasikannya kepada atasan, yang pada gilirannya kamu
mengesampingkan masalah terseebut. Padahal, agar tugas selesai, kamu
harus menyelesaikan problem tersebut. Nah, tidak mau hal seperti itu
terjadi dan membuatmu stres? Catatlah problem yang kamu temui di tengah
proses pekerjaan. Setelah kamu merasa cukup banyak waktu untuk
mengonsultasikannya dengan atasan, segeralah berkonsultasi. Tujuannya
supaya problem tersebut cepat selesai. Dengan begitu, tugas pun selesai
tepat waktu.
d. Belajar
Stres yang kamu alami di tempat kerja
bisa jadi karena kamu kurang up to date. Kamu ketinggalan dalam segala
hal. Padahal, kamu perlu menguasai berbagai bidang keterampilan demi
produktifitas kerja. Keterbatasan pengetahuan yang kamu miliki akan
membuatmu tertekan dan stres karena tidak bisa mengikuti perkembangan
yang terjadi. Kamu semakin tertinggal di belakang.
Sebagai contoh, kamu bekerja sebagai
staf keuangan. Jika kamu tidak pernah meng-upgrade pengetahuan seputar
software keuangan terbaru, niscaya kamu akan tertinggal dari rekan yang
lebih up to date. Apalagi jika software itu secara resmi digunakan oleh
manajemen perusahaan. Mau tidak mau kamu harus ikut menggunakannya.
Jika kamu tidak banyak belajar tentang
software tersebut, pekerjaan bisa terbengkalai karena kamu akan
menghabiskan waktu untuk bertanya kepada rekan mengenai cara menggunakan
software tersebut.
Tidak mau stres karena kurang pengetahuan? Banyaklah belajar.
Tidak mau stres karena kurang pengetahuan? Banyaklah belajar.
e. Teliti
Kesempurnaan adalah dambaan setiap
orang. Atasan dan kamu sendiri senantiasa mendambakannya. Kesempurnaan
merupakan tanda kualitas.
Nah, berkaitan dengan pekerjaan, hasil
yang kamu capai haruslah sempurna. Kekurangan di sana-sini akan membuat
atasan komplain. Tidak mau, kan, stres gara-gara terus menerus
dikomplain? Sempurnakan hasil kerjamu! Caranya, teliti hasil kerja.
Catat poin-poin yang kurang, kemudian lakukan tindakan untuk
melengkapinya. Jika ada masalah, tanyakan pada atasan atau rekan kerja.
f. Deskripsi kerja
Apabila kerja tim terganggu karena
masing-masing individu tidak paham tugasnya, segeralah menanyakan kepada
koordinator atau atasan mengenai kejelasan deskripsi kerja
masing-masing.
Publikasikan deskripsi kerja tersebut
kepada rekan-rekanmu sehingga mereka paham posisi dan kapasitas
masing-masing. Mengetahui deskripsi kerja membantu tim untuk
mengimplementasikan kerja sama dengan efektif.
g. Tawarkan solusi
Apabila terjadi konflik antara kamu
dengan rekan tim, hindari memandang konflik tersebut sebagai masalah
yang tidak dapat terpecahkan. Pandanglah konflik sebagai proses menuju
kemajuan. Tawarkan solusi pada rekan yang sedang berkonflik denganmu.
Agar dia mau menerima tawaranmu, solusi tersebut harus memiliki dampak
yang menguntungkan baginya.
h. Bertanya
Di tengah proses kerja, sekali waktu
kamu akan menemui masalah berat yang tidak dapat kamu selesaikan
sendiri. Hal tersebut akan membuatmu bingung, takut, dan stres.
Terlebih, jika kamu tidak tahu harus ke mana mengadu.
Agar kejadian seperti itu tidak terjadi,
banyak-banyaklah bertanya. Tanyakan pada manajemen mengenai struktur
organisasi perusahaan. Jika tidak ada yang bisa kamu tanyai, tanyalah
rekan yang sudah lama bergabung di perusahaan itu. Tanyakan siapa atasan
langsung kamu, yang dengannya kamu dapat berkonsultasi mengenai
tugas-tugas kamu.
Tanyakan juga divisi apa saja yang
berkaitan dengan divisimu. Apa tugas dan kewenangan mereka, serta apa
yang bukan kewenangan mereka. Dengan begitu, kerja sama antara kamu
dengan rekan divisi lain akan berjalan lancar.
2. Personal
a. Psikologis
1) Olah batin
Masalah psikologis dapat membawa dampak
yang buruk bagi produktivitas. Waktu kamu tersisa hanya untuk
mendramatisasi perasaan dan pikiran-pikiran negatifmu. Semakin kamu
mendramatisasi perasaan dan pikiran-pikiran negatif kamu, semakin stres
menjangkitimu.
Oleh karena itu, kamu perlu melatih diri
dengan olah batin. Telusurilah kelemahan mentalmu, yang membuatmu
selalu berpikir negatif. Carilah hikmah di balik segala kejadian. Ini
membantumu memandang hidup secara positif.
2) Berkonsultasi
Jika menurutmu, kamu mengalami gangguan
mental yang akut atau kronis, segeralah mencari bantuan. Sebagai contoh,
berkonsultasi ke psikolog atau psikiater, konseling, atau mengikuti
kelas-kelas pengembangan kepribadian.
b. Hubungan dengan rekan
1) Komunikasi
Konflik personal seringkali terjadi
karena miskomunikasi. Salah menerima informasi membuat kamu atau rekanmu
salah menilai. Konflik pun muncul karenanya. Untuk itu, komukasikanlah
konflik dengannya. Buatlah klarifikasi jika ia salah menilaimu. Dan,
sebaliknya, jika kamu berpikir ia yang bersalah, maka berbesar hatilah
untuk memberi maaf.
Jangan lupa, perhatikan waktu yang tepat
untuk mengomunikasikan konflik. Pahami keadaan rekan yang berkonflik
denganmu. Jangan sampai kamu mengajaknya untuk mendiskusikan masalah
saat dia masih dikuasai amarah. Tunda diskusi jika ia sedang sakit atau
stres. Apabila ia tidak ada di tempat, hindari mendiskusikan masalah
lewat SMS, BBM, telepon, atau pesan elektronik lainnya. Terkadang,
komunikasi tidak langsung lewat perangkat-perangkat seperti tersebut di
atas berpotensi pada kesalahpahaman. Hal itu tentu akan memperparah
keadaan.
Ketika mendiskusikan masalah dengan
rekan, tidak perlu dtramatis. Hindari mengancamnya dengan berbagai
ancaman. Hindari pula mengejek, apalagi mengadakan serangan fisik.
Apabila ucapan rekan membuatmu sakit
hati, jangan bereaksi secara frontal. Ambillah napas dalam-dalam, dan
embuskan perlahan. Hal tersebut berguna untuk mengontrol emosi. Setelah
emosimu terkontrol, pikiranmu dapat memilah dan membedakan antara maksud
dan emosi yang terkandung dalam ucapannya.
Seringkali, ia tak bermaksud mengucapkan
kata-kata yang menyakiti hatimu. Ucapan yang menyakiti hati terlontar
lantaran dia emosi, bukan berasal dari lubuk hatinya yang terdalam.
Dengan begitu, kamu dapat memaklumi ucapannya.
Satu yang harus kamu ingat, apabila kamu
memang beri’tikad baik untuk menyelesaikan konflik, kamu akan bersikap
bijak menghadapi konfrontasi dengannya. Banyaklah mendengar dan kurangi
berbicara. Beri ia kesempatan untuk berbicara, menyuarakan pendapat dan
harapannya kepadamu.
2) Bersosialisasi
Semakin sedikit teman di lingkungan
kerja akan melemahkan posisimu. Jika ada masalah yang menimpamu, akan
sedikit yang bersedia membantu. Terlebih jika kamu bermasalah dengan
salah satu dari rekan yang memiliki banyak teman. Bisa-bisa,
teman-temannya menyerang dan mem-bully dirimu. Kamu akan menajdi bahan
omongan. Apapun yang kamu kerjakan dan ucapkan akan selalu salah di mata
mereka. Hal terburuknya, tempat kerja serasa neraka!
Oleh karena itu, bersosialisasilah
dengan semua rekan kerja. Berbuat baiklah pada mereka, niscaya mereka
juga akan berbuat baik dan memberimu support.
3) Sharing
Jika ada masalah dengan rekan kerja,
sebaiknya jangan disimpan sendiri. Ceritakan masalah tersebut kepada
rekan yang kamu percayai. Barangkali, ia dapat memberi masukan untuk
menyelesaikan masalah yang kamu hadapi.
Apabila ia tidak memberi masukan, paling
tidak kamu bisa meluapkan kekesalan dan emosi kepadanya. Dengan begitu,
perasaanmu lebih plong.
Sharing juga bisa menjadi klarifikasi
kalau-kalau lingkungan kerja menebak-nebak apa yang terjadi antara kamu
dengan rekan kerja.
c. Hubungan dengan atasan
Memiliki konflik pribadi dengan atasan
merupakan masalah yang serius. Konflik dengan atasan pastinya membuatmu
takut dan tertekan. Jangan panik jika hal itu terjadi. Yang harus kamu
lakukan yaitu mengajaknya mendiskusikan masalah tersebut. Perlu diingat,
saat mengomunikasikan masalah dengannya, gunakan etika dan sopan santun
yang pantas. Ia adalah bosmu, maka etika berbicara dengannya pun
berbeda dari etika berbicara dengan rekan kerja.
d. Sakit
1) Siapkan obat dan alat kesehatan
Sakit yang kamu derita akan mengganggu
kinerja. Terlebih jika kamu berfokus pada rasa sakit tersebut. Pekerjaan
pun terbengkalai karenanya. Apabila tidak segera ditangani, sakit akan
membuatmu menderita dan tambah stres.
Untuk itu, sebaiknya persiapkan
obat-obatan dan alat kesehatan, seperti inhaler, jika kamu menderita
asma. Simpan di dalam laci atau tas. Tujuannya untuk memudahkanmu
mendapatkan pertolongan ketika sakit.
2) Olahraga
Rutin berolahraga dapat menghindarkanmu
dari penyakit. Untuk itu, segeralah meluangkan waktu untuk berolahraga.
Lakukan secara rutin setiap hari.
Apabila tempat kerja jauh sehingga tidak
ada waktu untuk berolahraga, kamu masih dapat berolahraga di kantor
pada jam istirahat. Bagi waktu istirahat di kantor menjadi dua. Pertama,
gunakan waktu untuk makan. Kemudian, 30 menit setelah makan, lakukan
olahraga ringan seperti jalan-jalan di sekitar ruangan atau sekitar
gedung kantor.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Kyoto
Prefectural University menyatakan bahwa olahraga yang dilakukan satu jam
setelah makan dapat mengurangi trigliserida alias lemak dalam darah.
Kadar trigliserida dalam darah memengaruhi kesehatanmu, lho. Kadar
trigliserida yang terlalu tinggi membuatmu semakin rentan terkena
penyakit jantung.
Nah, karena waktu istirahat di kantor hanya satu jam, tidak mungkin kamu menunggu hingga satu jam untuk berolahraga. Jadi, cukup tunggu 30 menit saja untuk memulai latihan.
Nah, karena waktu istirahat di kantor hanya satu jam, tidak mungkin kamu menunggu hingga satu jam untuk berolahraga. Jadi, cukup tunggu 30 menit saja untuk memulai latihan.
3) Makanan dan minuman
Jangan sampai sakit mengganggu kinerjamu di kantor. Untuk itu, lebih baik mencegahnya sebelum penyakit timbul.
Ada banyak cara mencegah penyakit, salah
satunya dengan menerapkan pola makan sehat. Jika upaya pencegahan sudah
kamu lakukan, tapi toh tetap terserang sakit juga, buatlah teh kental
atau teh hijau. Teh kental dapat mengurangi kadar hormon kortisol yang
menyebabkan stres, sedangkan teh hijau mengandung theanin yang dapat
merelaksasi otak. Sebuah studi yang dipublikasikan di Harvard Women’s Health Watch mengonfirmasi hal tersebut.
Jika teh baik dikonsumsi saat stres melanda, tidak demikian dengan rokok, kopi, dan minuman beralkohol. Dalam Encyclopedia of Good Health: Stress and Mental Health,
Dr. Mario Orlandi dan Dr. Donald Prue mengatakan bahwa stres akan
semakin memburuk ketika kita mengonsumsi minuman beralkohol, kopi, dan
rokok.
4) Istirahat
Stres bisa mengakibatkan kamu insomnia.
Hal itu dikarenakan, kamu terus-terusan berpikir mengenai masalah di
tempat kerja. Akibatnya, kinerja kamu tambah menurun.
Tidak mau, kan, kinerja semakin menurun
karena insomnia dan kurang istirahat? Aturlah waktu istrirahat. Jika di
hari-hari kerja waktu istirahatmu kurang, perbanyak istirahat di hari
libur. Apabila insomnia melanda, carilah solusi untuk mengatasinya.
Kamu dapat melakukan kegiatan yang dapat
membuatmu tidur. Menurut pengalaman saya, membaca buku dengan konten
yang berat membuat saya tertidur. Mungkin kamu pun bisa menerapkannya
juga.
Akan tetapi, jika membaca buku menjelang
tidur justru membuatmu tambah stres, cobalah untuk mengosongkan pikiran
dan pejamkan mata. Jangan berpikir tentang apapun. Dengan begitu,
pikiranmu tenang.
Sebelum tidur, matikan lampu. Menurut
penelitian, intensitas cahaya memengaruhi produksi hormon melatonin
dalam otak. Nah, kadar melatonin ini mempersiapkan otak untuk berpikir.
Kadar melatonin yang cukup dalam otak membuatmu terjaga karena otakmu
dalam kondisi aktif berpikir. Oleh karena itu, kamu perlu menurunkan
produksinya dengan mematikan lampu.
Posting Komentar